Morfologi Lengkap Tanaman Pisang - Tanaman pisang atau dalam nama latinnya disebut Musa Parasidika merupakan salah satu jenis dari buah buahan yang banyak dan berkembang khususnya di indonesia yang memiliki iklim yang tropis,seperti yang kita ketahui tanaman pisang memiliki banyak sekali jenis dan karakter tertentu serta memiliki berbagai macam khasiat dan manfaat bagi manusia maupun yang lainnya,teknik budidaya yang tepat dengan menggunakan lahan yang tepat tentunya akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman pisang itu sendiri karena pisang merupakan salah satu komoditas yang cukup di gemari oleh masyarakat khususnya dengan harga yang relatif lebih stabil dibandingkan dengan komoditas komoditas tanaman yang lainnya.
mempelajari morfologi pisang yang tepat tentunya dapat mempengaruhi dalam proses budidaya tanaman pisang itu sendiri karena dengan mempelajari morfologi dari tanaman pisang itu sendiri tentunya kita akan semakin paham dan mengerti tentang tanaman pisang serat syarat tumbuh dari tanaman pisang itu sendiri.
Berikut adalah cirri morfologi tanaman pisang untuk setiap organnya:
1. Akar
Sistem perakaran yang berada pada tanaman pisang umumnya keluar dan tumbuh dari bongo (corm) bagian samping dan bagian bawah, berakar serabut, dan tidak memiliki akar tunggang. Pertumbuhan akar pada umumnya berkelompok menuju arah samping di bawah permukaan tanah dan mengarah ke dalam tanah mencapai sepanjang 4-5 meter. Walaupun demikian, daya jangkau akar hanya menembus pada kedalaman tanah antara 150-200 cm.
2. Batang
Batang psaing dibedakan menjadi dua macam yaitu batang asli yang disebut bongo dan batang semu atau juga batang palsu. Bongol berada di pangkal batang semu dan berada di bawah permukaan tanah serta memiliki banyak mata tunas yang merupakan calon anakan tanaman pisang dan merupakan tempat tumbuhnya akar. Batang semu tersusun atas pelepah-pelapah daun yang saling menutupi, tumbuh tegak dan kokoh, serta berada di atas permukaan tanah.
3. Daun
Bentuk daun pisang pada umumnya panjang, lonjong, dengan lebar yang tidak sama, bagian ujung daun tumpul, dan tepinya tersusun rata. Letak daun terpencar dan tersusun dalam tangkai yang berukuran relatif panjang dengan helai daun yang mudah robek.
4. Bunga
Bunga pisang atau yang sering disebut dengan jantung pisang keluar dari ujung batang. Susunan bunga tersusun atas daun-daun pelindung yang saling menutupi dan bunga-bunganya terletak pada tiap ketiak di antara daun pelindng dan membentuk sisir. Bunga pisang termasuk bunga berumah satu . letak bunga betina di bagian pangkal, sedangkan letak bunga jantan berada di tengah. Bunga sempurnya yang terdiri atas bunga jantan dan bunga betina berada di bagian ujung.
5. Buah
Buah pisang tersusun dalam tandan tiap tandan terdiri atas beberapa sisir dan tiap sisir terdapat 6-22 buah pisang tergantung varietasnya. Buah pisang umumnya tidak berbiji dan bersifat triploid. Kecuali pada pisang kluthuk yang bersifat diploid dan memiliki biji. Proses pembuahan tanpa adanya biji disebut dengan partenokarpi.
setelah kita mempelajari lebih detail tentang morfologi tanaman pisang itu senri mari kita bahas syarat tumbuh dari tanaman pisang itu sendiri
SYARAT TUMBUH TANAMAN PISANG
1. Iklim
Tanaman pisang cocok untuk daerah yang beriklim tropis dengan kelembaban udara yang cukup tinggi serta dengan kondisi cuaca yang cukup panas. Namun jika kondisi lahan Anda pada daerah subtropis atau pegunungan, tidak masalah karena tanaman pisang bisa beradaptasi pada cuaca yang cukup dingin. Tanaman ini bisa bertahan hidup pada daerah yang kekurangan air, karena pisang bisa menyuplai air dari batang yang memiliki kandungan air yang tinggi, namun konsekuensinya pertumbuhannya menjadi tidak maksimal.
Perhatikan juga dengan kondisi kecepatan angin di lokasi lahan anda karena jika kecepatan angin di lahan anda cukup tinggi bisa merusak daun pisang dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman
Kondisi curah hujan yang bagus untuk budidaya tanaman pisang yaitu pada kisaran 1520-3800 mm per satu kali tumbuh, dengan asumsi dalam sekali masa tanam terdapat 2 bulan tidak hujan. usahakan dalam budidaya tanaman pisang untuk membuat guludan supaya tidak ada genangan air.
2. Media Tanam Pisang
Tanaman pisang bisa tumbuh optimal pada kondisi tanah yang kaya unsur hara dan memiliki kandungan kapur atau tanah berat. Tanaman ini memiliki sifat rakus terhadap makanan, sehingga Anda perlu mempersiapkan lahan yang memiliki unsur hara yang tinggi. Anda bisa melakukan pemupukan untuk menambah unsur hara tanah dengan menggunakan pupuk kompos dan pupuk kandang
Tanaman pisang harus mendapatkan pengairan yang intensif, namun usahakan jangan sampai ada genangan air dalam lahan.
Perhatikan juga dengan kondisi ketinggian air tanah, untuk di daerah basah yaitu 50-200 cm, sedangkan daerah setengah basah 100-200 cm, dan di daerah kering 50-150 cm. Lokasi lahan yang terkena erosi tidak akan menghasilkan buah pisang yang baik dan tanaman ini tidak bisa hidup dengan maksimal pada tanah yang memiliki kandungan garam 0,07%.
3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat tanaman pisang bisa tumbuh pada daerah dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian dpl. Sedangkan untuk pisang ambon, pisang tanduk, dan pisang nangka bisa tumbuh baik pada ketinggian 1000 dpl.
Panduan Lengkap Cara Budidaya Pepaya Califoernia - Pepaya California berasal dari Meksiko, Amerika Selatan, dan kini menyebar luas
seluruh daerah Tropis termasuk negara Indonesia untuk diambil buahnya. Pepaya California adalah satu-satunya jenis dalam genus Carica dengan penamaan ilmiah Carica papaya.L Fakta mengejutkan bahwa pepaya california adalah nama lain dari varietas pepaya Calina temuan Prof Dr .Sriani Sujiprihatin MS dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Pepaya dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Belanda (papaja) dalam bahasa Jawa pepaya disebut (katès) dan dalam bahasa Sunda (gedang).
Tanaman pepaya telah banyak dibudidayakan di Indonesia baik sebagai tanamana budidaya maupun tanaman pekarangan belakang rumah. Tanaman pepaya terkenal sebagai tanaman “Multi Fungsi “,karena keseluruhan bagian tanaman mulai dari buah, akar, batang, daun, bunga dan biji mempunyai manfaat yang sangat baik untuk kesehatan.
Budidaya Pepaya California
Syarat Tumbuh
Tanaman dapat tumbuh pada dataran rendah dan tinggi 300 - 1000 meter dpl
Curah hujan 1000 - 2000 mm/ tahun
Suhu udara optimum 22 - 26 º C
Kelembaban udara sekitar 40% dan angin yang tidak terlalu kencang sangat baik untuk penyerbukan
Tanah subur, gembur, mengandung humus dan harus banyak menahan air
pH tanah yang ideal adalah netral dengan pH 6 -7
Penyemaian Bibit
Tanaman pepaya diperbanyak secara generatif menggunakan biji yang dapat diusahakan sendiri dengan mengambil biji dari buah yang masak pohon dan sehat. Caranya dengan memotong 1/3 bagian buah pangkal dan mengambil biji dari 2/3 buah di bagian ujung untuk dijadikan benih.
Persiapan Lahan
Persiapan Pengolahan Lahan
Adalah mempersiapkan lahan agar kondisi lahan sesuai untuk pertumbuhan tanaman papaya. Kegiatan yang dilakukan dalam penyiapan lahan adalah membersihkan lahan dari bebatuan, gulma, dan sisa-sisa tanaman lainnya serta drainase yang baik. Lahan dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman lain. Lakukan pengolahan tanah dengan mencangkul dan meratakan tanah kemudian dicampur dengan abu bekas bakaran kayu .
Selanjutnya buat lubang tanam dimana tanah bagian atas diletakkan di sisi kanan dan tanah bagian bawah pada sisi kiri. Pada saat penanaman, timbunan tanah bagian bawah digunakan untuk menimbun terlebih dahulu diikuti dengan timbunan tanah bagian atas. Lubang tanam dibiarkan dan diangin-anginkan selama ± 1 – 2 minggu untuk mengurangi kemasaman dan kandungan air. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 50 cm, jarak lubang disesuaikan dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 m atau 2,5 x 2,75 m. Populasi tanaman per hektar 1.200 pohon.
Pembuatan Bedengan atau Galangan
Bedengan atau galangan dibuat dengan panjang disesuaikan kondisi lahan, lebar 1-1,5 meter, tinggi pada tahun pertama 30-40 cm dan jarak antar bedeng 1 m dengan arah bedengan disesuaikan dengan arah aliran air, ditengah bedengan dibuat lubang tanam yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran bibit dengan jarak antar lubang 2,5 m-2,75 m dalam barisan.
Persiapan Penanaman
Persiapan penanaman bertujuan untuk memastikan waktu terbaik dalam proses pembudidayaan pepaya berproduktifitas tinggi. Penanaman pepaya california dilakukan dengan dua (2) cara yaitu ;benih yang langsung ditanam dan dengan menggunakan bibit benih pepaya langsung ditanam sebanyak 2 – 3 biji per lubang tanam.
Penanaman menggunakan bibit hasil persemaian tahapan dengan melakukan pemindahkan bibit dari polybag yang telah berumur antara 1 – 1,5 bulan ke lubang tanam yang telah disiapkan sebelumnya. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari Untuk penanaman di beberapa lubang tanam dianjurkan ditanami 2 bibit sekaligus untuk cadangan sulam apabila bibit mati atau untuk mengganti bibit yang menyimpang sifatnya.
Pemeliharaan Tanaman
Tahap terpenting dalam keberhasilahan budidaya tanaman pepaya california adalah penerapan pemeliharaan yang baik,sehingga hasil lebih optimal.
Penyiangan Gulma, bertujuan untuk menghilangkan rumput lair (gulma) diarea budidaya sebagai pesaing bagi tanaman utama dalam memdapatkan unsur hara,penyiangan dapat dilakukan dengan manual (cangkut dan koret) bisa secara kimiawi (pestisida:herbisida),.kegiatan penyiangan bersamaa dengan kegiatan pemupukan dan pembumbunan.
Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 1 bulan dengan menggunakan benih dengan umur yang sama.
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan gulma. Tujuan pembumbunan untuk mengubur batang yang telah tinggi agar tidak mudah rebah serta merangsang pertumbuhan akar baru.
Pemupukan. diberikan dengan cara menggali parit melingkari tanaman pepaya. Kedalaman parit kurang lebih 10-25 cm, campuran pupuk diletakkan pada parit tersebut. Berikut ketentuan pemupukan budidaya pepaya: Pemupukan pertama, umur 2 minggu,( Urea 30 gr, SP-36 40 gr, ZA 40 gr dan KCl 20 gram/pohon),Pemupukan kedua, umur 1 bulan, (Urea 40 gr, SP-36 70 gr, ZA 70 gr dan KCl 30 gram/pohon),Pemupukan ketiga, umur 4 bulan, (Urea 45 gr, SP-36 80 gr, ZA 80 gr dan KCl 60 gr per pohon),Pemupukan keempat, umur 6 bulan, (Urea 50 gr, SP-36 90 gr, ZA 90 gr dan KCl 70 gr per pohon).
Panen
Panen pertama setelah berumur antara 8 – 9 bulan. Buah papaya dipanen dengan ciri-ciri kematangan, yaitu terdapat semburat warna kuning kemerahan 25% pada kulit buah bagian ujung. Untuk jarak angkut jauh buah papaya dipetik setelah semburat warna hujau kekuningan kurang dari 25% pada kulit buah bagian ujung. Panen buah sebaiknya dilakukan dengan cara memotong tangkai buah dengan menggunakan pisau tajam atau gunting pangkas, hindari buah luka dan bonyok, usahakan buah tersebut tidak sampai jatuh
Admin
18:34
New Google SEO
Bandung, Indonesia
Panduan Lengkap Cara Budidaya Pepaya Califoernia
Posted by RONY AGRICULTURE on Saturday, 13 January 2018
Makalah Tentang Morfologi Bunga,setelah kemarin admin sudah share artikel tentang makalah morfologi daun kali ini admin akan share juga makalah tentang morfologi bunga mungkin dari sebagian kalian ada yang disuruh oleh dosen kalian mnegerjakan tuga kuliah dan di beri tugas suruh membuat makalah maka disini saya akan berikan maklah tentang morfologi bunga yuk langsung saja di simak di link di bawah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu tumbuhan pada waktu sekarang telah mengalami kemajuan yang demikian pesat, hingga bidang-bidang pengetahuan yang semula hanya merupakan cabang-cabang ilmu. Tumbuhan saja, sekarang ini telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri-sendiri. Dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri adalah Morfologi Tumbuhan. Morfologi Tumbuhan yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhanpun sudah demikian besar perkembangannya hingga dipisahkan menjadi morfologi luar dan morfologi saja (morphology in sensu stricto = dalam arti yang sempit) dan morfologi dalam atau anatomi tumbuhan.
Bunga (flos) merupakan salah satu organ tubuh tumbuhan yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan secara generatif yang memiliki bentuk dan susunan yang berbeda-beda menurut jenisnya, tetapi bagi tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan bagian tumbuhan yang kita kenal sebagai bunga. Jika kita memperhatikan suatu bunga, mudahlah diketahui bahwa bunga adalah penjelmaan suatu tunas (batang dan daun-daun) yang bentuk, warna dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan, sehingga pada bunga ini dapat berlangsung penyerbukan dan pembuahan, dan akhirnya dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan. Mengingat pentingnya bunga pada tumbuhan, pada bunga terdapat sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan tugasnya sebagai penghasil alat perkembangbiakan yang sebaik-baiknya. Umumnya dari suatu bunga sifat-sifat yang amat menarik ialah bentuk bunga seluruhnya dan bentuk bagian-bagiannya, warnanya, baunya, ada dan tidaknya madu ataupun zat lain.
BAB II
PEMBAHASAN
Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh sejumlah fitohormon tertentu. Pembentukan bunga dengan ketat dikendalikan secara genetik dan pada banyak jenis diinduksi oleh perubahan lingkungan tertentu, seperti suhu rendah, lama pencahayaan, dan ketersediaan air (lihat artikel Pembentukan bunga).
Bunga hampir selalu berbentuk simetris, yang sering dapat digunakan sebagai penciri suatu takson. Ada dua bentuk bunga berdasar simetribentuknya: aktinomorf ("berbentuk bintang", simetri radial) dan zigomorf (simetri cermin). Bentuk aktinomorf lebih banyak dijumpai.
Bunga disebut bunga sempurna bila memiliki alat jantan (benang sari) dan alat betina (putik) secara bersama-sama dalam satu organ. Bunga yang demikian disebut bunga banci atau hermafrodit. Suatu bunga dikatakan bunga lengkap apabila memiliki semua bagian utama bunga. Empat bagian utama bunga (dari luar ke dalam) adalah sebagai berikut:
Kelopak bunga atau calyx;
Mahkota bunga atau corolla yang biasanya tipis dan dapat berwarna-warni untuk memikat serangga yang membantu proses penyerbukan;
Alat kelamin jantan atau androecium (dari bahasa Yunani andros oikia: rumah pria) berupa benang sari;
Alat kelamin betina atau gynoecium (dari bahasa Yunani gynaikos oikia: "rumah wanita") berupa putik.
Organ reproduksi betina adalah daun buah atau carpellum yang pada pangkalnya terdapat bakal buah(ovarium) dengan satu atau sejumlah bakal biji (ovulum, jamak ovula) yang membawa gamet betina) di dalam kantung embrio. Pada ujung putik terdapat kepala putik atau stigma untuk menerima serbuk sari atau pollen. Tangkai putik atau stylus berperan sebagai jalan bagi pollen menuju bakal bakal buah.
Walaupun struktur bunga yang dideskripsikan di atas dikatakan sebagai struktur tumbuhan yang "umum", spesies tumbuhan menunjukkan modifikasi yang sangat bervariasi. Modifikasi ini digunakan botanis untuk membuat hubungan antara tumbuhan yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, dua subkelas dari tanaman berbunga dibedakan dari jumlah organ bunganya: tumbuhan dikotil umumnya mempunyai 4 atau 5 organ (atau kelipatan 4 atau 5) sedangkan tumbuhan monokotil memiliki tiga organ atau kelipatannya.
B. Bunga Majemuk (Anthotaxis Inflorescentia)
Suatu bunga majemuk harus dapat dibedakan dari cabang yang mendukung sejumlah bunga di ketiaknya.Pada suatu cabang dengan sejumlah bunga di ketiak jelas kelihatan,bahwa diantara bunga-bunganya sendiri yang terdapat pada cabang itu terdapat daun-daun biasa yang berguna untuk berasimilasi.Pada suatu bunga majemuk sumbu yang mendukung bunga-bunga yang telah berkelompok itu tidak lagi berdaun atau jika ada daunnya,daun-daun tadi telah mengalami metamorphosis dan tidak lagi berguna sebagai alat untuk asimilasi.Walaupun demikian menurut kenyataannya sering kali tidak mudah untuk membedakan suatu bunga majemuk dari cabang yang mempuyai bunga-bunga di ketiak daunnya.
Pada suatu bunga majemuk lazimnya dapat kita bedakan bagian-bagian berikut:
A. Bagian-bagian yang bersifat seperti cabang atau batang,yaitu:
a. ibu tangkai bunga(pedunculus,pedunculus communis atau rhacis),yaitu bagian yang biasanya merupakan terusan batang atau cabang yang mendukung bunga majemuk tadi.Ibu tangkai ini dapat bercabang ,dan cabang-cabangnya bercabang lagi,dapat pula sama sekali tak bercabang
b. tangakai bunga(pedicellus),yaitu cabang ibu tangkai yang mendukung bunganya.
c. dasar bunga(receptaculum),yaitu ujung tangkai bunga,yang mendukung bagian-bagian bunga lainnya.
B. Bagian-bagian yang bersifat seperti daun,antara lain:
a. daun-daun pelindung(bractea),yaitu bagian-bagian yang serupa daun yangdari ketiaknya muncul cabang-cabang ibu tangkai atau tangkai bunganya,
b.daun tangkai (bracteola),yaitu satu atau dua daun kecil yang terdapat pada tangkai bunga.Pada tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) biasanya terdapat dua daun tangkai yang letaknya tegak lurus pada bidang median,sedang kan pada tumbuhan biji tunggal (Monocotyledoneae) hanya terdapat satu daun tangkai dan letaknya di dalam bidang median,di bagian atas tangkai bunga.
c.seludang bunga(spatha),yaitu daun pelindung yang besar,yang sering kali menyelubungi seluruh bunga majemuk waktu belum mekar,misalnya terdapat pada bunga kelapa (Cocos nucifera L.)
d. daun-daun pembalut (bractea involucralis,involucrum),yaitu sejumlah daun-daun pelindung yang tersusun dalam suatu lingkaran,terdapat misalnya pada bunga matahari (Helianthus annuus L.)
e.kelopak tambahan (epicalyx),yaitu bagian-bagian serupa daun yang berwarna hijau ,tersusun dalam suatu lingkaran dan terdapat di bawah kelopak,misalnya pada bunga kembang sepatu(Hibiscus rosa-sinensis L.),kapas (Gossypium sp.),
f.daun-daun kelopak (sepalae)
g.daun-daun mahkota atau daun tajuk (petalae)
h.daun-daun tenda bunga (tepalae),jika kelopak dan mahkota sama bentuk dan warnanya
I.benang-benang sari (stamina)
j.daun-daun buah (carpella)
Telah dikemukakan tadi,bahwa ibu tangkai bunga pada bunga majemuk dapat mengadakan percabangan dapa pula tidak.Ibu tangkai bunga yang tidak bercabang dan tidak berdaun seringkli dinamakan sumbu bunga (scapus).Ibu tangkai yang bercabang memperlihatkan cara percabangan yang bermacam-macam.Selain dari itu,jumlah cabang,panjangnya dibandingkan dengan ibu tangkai serta susunan cabang-cabang tadi,berpengaruh terhadap urut-urutan mekarnyamasing-masing bunga pada suatu bunga majemuk.Bertalian dengan sifat-sifat itu bunga majemuk dibedakan dalam tiga golongan:
a.Bunga majemuk tak terbatas (inflorescentia racemosa,inflorescentia botryoides atau inflorescentia centripetala),yaitu bunga majemuk yang ibu tangkainya dapat tumbuh terus ,dengan cabang-cabang yang dapat bercabang lagi atau tidak,dan mempunyai susunan”acropetal” (semakin muda semakin dekat dengan ujung ibu tangkai) ,dan bunga-bunga pada bunga majemuk ini mekar berturut-turut dari bawah ke atas.Jika ujung ibu tangkai tak mendukung suatu bunga tampaknya seakan-akan bunga majemuk ini tak terbatas ,lagi pula jika dilihat dari atas,nampak bunga mulai mekar dari pinggir dan yang terakhir mekarnya adalah bunga yang menutup ibu tangkainya.Karena yang mekar mulai dari pinggir menuju ke pusat itulah mengapa dinamakan :inflorescentia centripetala.Bunga majemuk tak terbatas terdapat misalnya pada:kembang merak (Caesalpinna pulcherrima Swartz),mangga (Mangifera indica L.)
b.Bunga majemuk berbatas (inflorescentia cymosa atau inflorescentia centrifuga,inflorescentia definita),yaitu suatu bunga majemuk yang ujung ibu tangkainya selalu ditutup dengan suatu bunga ,jadi ibu tangkai mempunyai pertumbuhan yang terbatas.Ibu tangkai ini dapat pula becabang-cabang dan cabang-cabang tadi juga selalu mendukung suatu bunga pada ujungnya.Pada bunga majemuk yang berbatas bunga yang mekar dulu ialah bunga yang terdapat di sumbu pokok atau ibu tangkainya,jadi dari tengah ke pinggir (jika dilihat dari atas).Oleh sebab itu dinamakan :inflorescentia centrifuga.
Melihat jumlah cabang pada ibu tangkai,bunga majemuk berbatas dibedakan lagi dalam tiga morfologi bunga
macam perbungaan:
1.yang bersifat “monochasial”,jika ibu tangkai hanya mempunyai satu cabang,ada kalanya lebih (dua cabang),tetapi tidak pernah berhadapan,dan yang satu lebih besar daripada yang lainnya.Cabang yang besar seperti ibu tangkai setiap kali hanya mengeluarkan satu cabang saja.Bunhga majemuk semacam ini ditemukan pada berbagai jenis tumbuhan yang berbiji tunggal,kapas
2.yang bersifat “dichasial”,jika dari ibu tangkai keluar dua cabang yang berhadapan,terdapat pada tumbuhan dengan bunga berbibir (Labiatae),dll.
3.yang bersifat “pleiochasial”,jika dari ibu tangkai keluar dari dua cabang pada suatu tempat yang sama tingginya pada ibu tangkai tadi,misalnya pada bunga oleander (Nerium oleander L.)
c.bunga majemuk campuran (inflorescentia mixta),yaitu bunga majemuk yang memperlihatkan baik sifat-sifat bunga majemuk berbatas maupun sifat bunga majemuk tak berbatas.
Bunga majemuk yang dibedakan dalam ketiga golongan tersebut diatas masing-masing dapat lagi dibedakan dalam beberapa ragam.Berikut akan diberitahukan suatu ikhtisar berbagai ragam b unga majemuk yang dapat kita jumpai pada tumbuhan.
a.bunga majemuk tak berbatas (inflorescentia racemosa,inflorescentia botryoides,inflorescentia centripetala)
dalam golongan ini dapat dibedakan lagi yang:
I.ibu tangkainya tidak bercabang-cabang,sehingga bunga (bertangkai atau tidak)langsung terdapat pada ibu tangkainya.
1.tandan(racemus atau botrys),jika bunga bertangkai nyata ,duduk pada ibu tangkainya.misalnya pada kembang merak Caesalpinna pulcherrima Swartz).
2.bulir (spica),seperti tandan tetapi bunga tak bertangkai,misalnya bunga jarong (Stachytarpheta jamaicensis Vahl. )
3.untai atau bunga lada (amentum),seperti bulir tetapi ibu
Kalau ternyata Bunga yang dalam bahasa ilmiah dikenal sebagai flos, berasal dari sebuah tunas dan tunas ini merupakan pertumbuhan batang yang terhanti dan berubah manjadi tangkai kecil (pedicellus) dan dasar bunga (receptaculum).
Kemudian daun-daunnya masih ada namun berubah bentuk dan warnanya menjadi daun-daun kelopak (sepalae) dan daun-daun mahkota (petalae) serta daun-daun buah (carpella).
Bagian-Bagian Penting pada Bunga
•Tangkai bunga (pedicellus)
•Dasar bunga (receptaculum)
•Hiasan bunga (perianthium), yang terdiri dari Kelopak (calyx) dan Mahkota atau Tajuk Bunga (corolla), jika kelopak dan mahkotanya tidak dapat dibedakan maka disebut sebagai tenda bunga (perigonium)
•Alat kelamin betina (gynaecium), berupa putik (pistilum)
•Alat kalamin jantan (androecium), berupa benang sari (stamen)
Dilihat dari bagian-bagian yang menyusun suatu bunga, dapat kita bedakan ada bunga lengkap dan ada bunga sempurna...berikut penjelasannya !!!
Bunga Lengkap : Bunga ini terdiri dari kelopak (calyx), mahkota(corolla), benang sari (androecium) dan putik (gynaecium).
Bunga tak Lengkap : Bunga ini tidak memiliki salah satu bagian bunga seperti bunga lengkap, misalnya tidak memiliki kelopak.
Bunga Sempurna : Hanya terbatas bahwa bunga ini memiliki benang sari(androecium) dan putik (gynaecium).
Bunga tak Sempurna : Bunga ini tidak memiliki benang sari (androecium) atau tidak memiliki putik (gynaecium).
Kelamin pada Bunga
Bunga banci (hermaprodithus), dimana pada satu bunga terdapat benang sari dan putik, dapat pula disebut bunga sempurna.
Bunga Berkelamin Tunggal (unisexualis), terbagi menjadi 3 macam yaitu,
1. Bunga yang terdiri dari benang sari saja, yang disebut bunga jantan (flos masculus)
2. Bunga yang terdiri dari putik saja yang disebut bunga betina (flos femineus)
3. Dan bunga yang tidak memiliki kelamin, atau bunga mandul.
Dasar Bunga (receptaculum)
Fungsi utama dasar bunga adalah mendukung bagian-bagian bunga
Bentuk dari dasar bunga bermacam-macam ada yang rata, kerucut, cawan, dan mangkuk.
Menurut fungsi itu, dapat dibedakan beberapa macam dasar bunga, yaitu
- Dasar bunga yang mendukung mahkota bunga (anthophorum)
- Dasar bunga yang mendukung benang sari (androphorum)
- Dasar bunga yang mendukung putik (gynophorum)
- Dasar bunga yang mendukung benang sari dan putik (androgynophorum)
- Cakram (discus)
Kelopak Bunga (calyx)
•Fungsinya adalah sebagai pelindung bunga waktu masih kuncup.
•Mahkota Bunga / Tajuk Bunga (corolla)
•Berfungsi sebagai daya tarik untuk mendatangkan hewan agar membentu proses penyerbukan. Selain itu juga melindungi benang sari dan putik.
Putik (pistillum)
•Putik terbagi menjadi 3 bagian, yaitu
•Bakal Buah (ovarium)
•Tangkai putik (stylus)
•Kepala putik (stigma)
•Benang Sari (stamen)
•Benang sari terdiri dari 3 bagian, yaitu
•Tangkai sari (filamentum)
•Kepala sari (anthera)
•Penghubung ruang sari (connectivum)
Bunga terbagi atas , Bunga Tunggal dan Bunga Majemuk
Bunga tunggal sering disebut dengan planta uniflora...
Bunga majemuk disebut dengan planta multiflora
Planta multiflora ( bunga Majemuk ) ini terbagi menjadi beberapa macam menurut sifatnya, yaitu
1. Bunga Majemuk tak Berbatas (inflorescentia racemosa), dengan ciri jika bunga mekar, yang terlihat mekar adalah bagian bawah atau yang dekat dengan ibu tangkainya...jika dilihat dari atas, mekarnya bunga tampak dari samping ke tangah.
Yang ibu tangkainya tidak bercabang lagi :
•Tandan (racemus) pada bunga kembang merak (Caesalpinia pulcherimma)
•Bulir (spica) pada bunga jarong
•Untai (amentum) pada bunga sirih (Piper betle) dan lada (Piper nigrum)
•Tongkol (spadix) pada bunga jagung betina (Zea mays)
•Bunga Payung (umbella) pada bunga wortel (Daucus carota)
•Bunga Cawan (corymbus) pada daun kaki kuda (Centela asiatica)
•Bunga Bongkol (capitullum) pada bunga puteri malu (Mimosa pudica)
•Bunga Periuk (Hypanthodium) pada bunga nangka (Artocarpus integra)
Yang ibu tangkainya bercabang dan cabangnya bercabang lagi
•Malai (panicula) pada bunga mangga (Mangifera indica)
•Malai rata (corymbus ramosus) pada bunga soka
•Bunga payung majemuk (umbella composita) pada bunga wortel (Daucus carota)
•Bunga tongkol majemuk pada bunga kelapa (Cocos nuctifera)
•Bulir majemuk pada bunga jagung jantan (Zea mays)
2. Bunga Majemuk Berbatas (inflorescentia cymosa), dengan ciri jika bunga mekar, yang terlihat mekar adalah bagian atas atau yang paling jauh dengan ibu tangkainya...jika dilihat dari atas, mekarnya bunga tampak dari tengah ke samping.
a. Anak payung menggarpu (dichasium) pada bunga melati (Jasminum sambac)
b. Bunga tangga (cincinnus) pada bunga euphorbia (Euphorbia hirta)
c. Bunga sekerup (bostryx) pada bunga kenari
d. Bunga sabit (drepanium) pada bunga suku juncaceae
e. Bunga kipas (rhipidium) pada bunga suku iridaceae
3. Bunga Majemuk Campuran (inflorescentia mixta), bunga dengan sifat penggabungan antara bunga majemuk berbatas dan majemuk tak berbatas. Misalnya pada bunga soka, ada bagian yang bersifat payung majemuk dan anak payung menggarpu
.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh sejumlah fitohormon tertentu.
Ada tiga macam bentuk bunga majemuk yaitu :
· Bunga majemuk tak berbatas (inflorescentia racemosa)
· Bunga majemuk berbatas (inflorescentia cymosa)
· Bunga majemuk campuran (inflorescentia mixta).
DAFTAR PUSTAKA
Tjirosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Morton, J. 1987. Mango. p. 221–239. In: Fruits of warm climates. Julia F.
Morton, Miami, FL. New York.
Syamsuhidayat, Sugati S., dan Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia.Edisi ke-2, Departemen Kesehatan RI Bagian Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.
Tjitrosoepomo,G, 1994, Morfologi Tumbuhan, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta
tag :
makalah bunga pdf
laporan morfologi bunga
makalah morfologi buah
Admin
09:07
New Google SEO
Bandung, Indonesia
Makalah Morfologi Daun lengkap,kali ini admin akan sharte makalah tentang morfologi daun buat kalian yang sedang mencari seputar makalah tentang morfologi daun maka tidak ada salahnya untuk mencoba makalah saya yang satu makalah ini mungkin akan sedikit bmembantu tugas kalian ya baik itu tugas kuliah atyaupun tugas dari sekolah,yuk langsung saja disimak makalah tentang morfologi daun di bawah ini jika ada yang kurang silahkan ditambahkan sendiri ya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang.Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daukehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik.Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air.Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga),xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur).
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pengertian Daun
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia.
1.Bentuk Daun (Morfologi)
Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang.
Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air. Daun segar (kiri) dan tua. Daun tua telah kehilangan klorofil sebagai bagian dari penuaan.
Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur).
2. Bagian-bagian Daun
Daun tumbuhan memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, mulai dari yang berbentuk duri kecil pada kaktus hingga yang berbentuk lebar pada palm. Sekalipun bentuk dan ukuran daun tampak bervariasi, pada dasarnya daun terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian basal yang berkembang menjadi pelepah (vagina), tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Daun yang memiliki ketiga bagian tersebut dinamakan daun lengkap. Pada sebagian besar tumbuhan, daun hanya terdiri dari satu atau dua bagian saja, yakni helai daun saja, tangkai dan helai daun, pelepah dan helai daun, atau tangkai daun saja. Daun-daun yang demikian dinamakan sebagai daun tak lengkap.
C.Helaian, Apeks, dan Basal
1. Bentuk helaian daun
Bentuk daun pada dasarnya dinyatakan berdasarkan bentuk dari helaiannya tanpa dipengaruhi oleh ada tidaknya torehan pada tepi daun. Istilah untuk menyatakan bentuk daun tersebut biasanya digunakan kata-kata yang umum untuk menyatakan bentuk suatu benda.
2. Apeks dan pangkal
Selain bentuk helaian daun, apeks dan pangkal daun juga memperlihatkan bentuk yang beraneka ragam. Bentuk apeks daun yang sering dijumpai antara lain runcing (acutus), meruncing (acuminatus), tumpul (obtusus), membulat (rotundus), rompang (truncarus), terbelah (retusus) dan berduri (mucronatus).
3. Pertulangan Daun
Pertulangan daun merupakan suatu karakteristik bagi daun tumbuhan. Dari segi anatomi, pertulangan daun sebenarnya merupakan suatu susunan ikatan pembuluh yang berada padahelaian daun. Pola susunan pertulangan daun sering berbeda untuk setiap spesies atau merupakan karakteristik bagi suatu kelompok taksonomi yang lebih besar. Susunan pertulangan daun dari daun tumbuhan biasanya terdiri dari:
1. Tulang daun primer (Midrib, Costa, Ibu tulang daun), yaitu tulang daun yang muncul dari dasar helaian daun dan berakhir pada apeks daun.
2. Tulang daun sekunder (tulang daun lateral/Nervus lateralis), yaitu cabang dari tulang daun primer.
3. Tulang daun tertier (Veins), yaitu tulang daun yang beruykuran lebih kecil dari tulang daun sekunder dan merupakan cabang dari tulang daun primer atau sekunder.
4. Tulang daun kuarter (Veinlets), yaitu tulang daun yang paling kecil yang masih dapat dilihat. Tulang daun inilah yang biasanya membentuk susunan pertulangan daun tertutup bila satu sama lain saling bertemu (anastomosa) atau susunan pertulangan terbuka bila tidak saling ber-anastomosa.
A.Tepi Daun
Bentuk, perbandingan dan struktur dari bagian-bagian daun, khususnya helaian daun (lamina) sangat bervariasi, baik diantara daun dari spesies yang berbeda maupun diantara daun dalam satu spesies (khususnya daun-daun pada kecambah dengan daun-daun pasca-kecambah). Pada daun tunggal atau anak daun dari daun majemuk, helaian daun dapat bertepi rata (integer/entire) atau bertoreh. Daun-daun dengan tepi bertoreh, torehan dapat dangkal atau dapat pula besar dan dalam . Helaian daun dengan tepi bertoreh dangkal tidak akan merubah bentuk secara keseluruhan, tetapi jika helaian daun bertoreh besar dan dalam dapat mempengaruhi bentuk daun tersebut. Torehan yang besar dan dalam tersebut biasanya mengikuti pola pertulangannya (menyirip atau menjari).
B.Daun Tunggal dan Daun Majemuk
Atas dasar konfigurasi helaiannya, daun dapat dibedakan menjadi daun tunggal dan daun majemuk. Daun tunggal adalah daun yang helaiannya hanya terdiri dari satu helai tanpa adanya persendian di bagian dasar helaian tersebut, sedangkan daun majemuk adalah daun dimana helaiannya disusun oleh sejumlah bagian-bagian terpisah yang berbentuk seperti daun dan disebut anak daun (leaflet). Pada bagian basal helaian anak daun atau bagian basal petolulus biasanya ditemukan adanya pulvinulus (persendian daun). Adanya pulvinulus pada anak daun ini menyebabkan anak daun dapat gugur sendiri-sendiri (tidak bersamaan). Oleh karena setiap anak daun dari daun majemuk memiliki karakteristik yang sama dengan daun tunggal, kadang-kadang sulit dibedakan antara daun tunggal dengan anak daari daun majemuk, khususnya bila anak daun tersebut berukuran besar. Di bawah ini adalah dua hal yang dapat dijadikan dasar perbedaan antara daun tunggal dengan anak daun dari daun majemuk, yaitu:
1. Pada ketiak daun tunggal terdapat tunas aksilar, sedangkan pada ketiak anak daun dari daun majemuk tidak ada tunas aksilar.
2. Daun tunggal menempati bidang tiga dimensi pada batang atau dahan, sedangkan anak daun dari daun majemuk menempati satu bidang.
Pada daun majemuk dapat dibedakan bagian-bagian sebagai berikut:
1. Petiolus (tangkai daun), yaitu tangkai yang terletak di antara batang (dahan) dengan anak daun terbawah atau rakhila terbawah, disebut juga sebagai bagian infrayuga serta memiliki pulvinus di bagian pangkalnya.
2. Rakhis, yaitu tangkai yang terletak di atas anak daun terbawah atau rakhila (rakhis sekunder) terbawah. Bagian rakhis yang berada di antara dua anak daun disebut bagianinteryuga, sedangkan bagian rakhis yang berada di bawah anak daun teratas disebut bagian ultrayuga. Pada daun majemuk bergAnda dapat ditemukan adanya rakhila atau rakhis sekunder, yaitu cabang dari rakhis. Rakhila ini dapat bercabang lagi dan disebut rakhis tertier.
3. Petiolulus, yaitu tangkai anak daun dan biasanya memiliki suatu persendian yang disebut pulvinulus (pulvinus sekunder).
Bila dalam suatu daun majemuk anak daun muncul menyirip pada rakhis, maka daun tersebut dinamakan daun majemuk menyirip (pinnatus), sedangkan bila anak daun muncul dari satu titik pada ujung petiolus, maka daun tersebut dinamakan daun majemuk menjari (palmatus). Daun majemuk menyirip dapat imparipinnatus bila pada ujung rakhis terdapat satu anak daun, paripinnatus bila pada ujung rakhis tidak terdapat anak daun, atau interupte-pinnatus bila terdapat anak daun yang berukuran besar dan kecil yang berselang letaknya sepanjang rakhis. Daun majemuk menyirip ini dapat pulabipinnatus atau tripinnatus bila dua atau tuga kali menyirip, atau bila ditemukan adanya rakhis sekunder dan tertier. Daun majemuk dapat pula berbentuk campuran antara menjari dengan menyirip yang disebut daun majemuk digitatopinnatusatau palmatopinnatus. Pada daun seperti ini, rakhis-rakhis terseusun menjari, sedangkan anak daun terseusun menyirip pada setiap rakhis.
C.Modifikasi Daun
Pada umumnya daun tumbuhan dikotil maupun monokotil memiliki bentuk dan ukuran yang sangat beragam. Pada beberapa tumbuhan, keragaman tersebut semakin bertambah dengan adanya perkembangan ke arah tertentu yang menyebabkan daun tampak berubah, baik bentuk maupun ukurannya. Daun-daun yang demikian itu dikatakan telah mengalami modifikasi. Modifikasi pada daun terjadi sebagai akibat adanya reduksi atau penambahan jaringan-jaringan tertentu selama perkembangannya. Modifikasi tersebut dapat terjadi pada daun secara keseluruhan (daun secara utuh) atau hanya bagian-bagian tertentu dari daun. Bagian daun tambahan, seperti stipula juga dapat termodifikasi menjadi bentuk lain. Daun yang termodifikasi secara keseluruhan (daun secara utuh) dapat berubah antara lain menjadi duri (spina phyllogenum), sulur (tendril), sisik (cataphyll/scale), brakte (bractea) atau brakteola (bracteola) dan seludang bunga (spatha). Brakte/brakteola dan seludang bunga lebih lanjut akan dibahas pada perbungaan.
D.Perkembangan Daun
Daun baru berkembang dari primordial daun yang dibentuk pada meristem apeks. Setiap primordial daun terbentuk pada bagian panggul meristem apeks pucuk. Ketika primordial daun baru terbentuk, primordial daun sebelumnya (yang lebih tua) telah melebar secara progresif, sebagai akibat aktifitas meristem di dalam daun itu sendiri. Interval waktu antara pembentukan primordial daun sebelumnya dengan primordial daun berikutnya pada meristem apeks disebutplastokron. Primordial daun pada tumbuhan dikotil biasanya terbentuk pada sebagian kecil dari diameter meristem apeks pucuk, sedangkan pada tumbuhan monokotil, primordial daun terbentuk dan berkembang pada sekeliling meristem apeks pucuk. Jadi, daun dikotil yang sangat muda tampak berbentuk seperti pasak, sedangkan daun monokotil tampak seperti kerah baju yang menutupi seluruh asspek pucuk .Primordial daun akan terus berkembang ukurannya secara berangsur-angsur sehingga mencapai ukuran dan bentuk tertentu. Bertambahnya ukuran daun terjadi sebagai akibat bertambahnya jumlah sel yang diikuti dengan penambahan ukuran sel. Pembelahan sel berbeda-beda pada daerah tertentu dari meristem daun, sehingga terjadi aktifitas diferensial dari meristem daun yang menyebabkan terbentuknya bentuk-bentuk daun yang berbeda. Selain itu, ada faktor lain yang menyebabkan terbentuknya bentuk-bentuk daun yang berbeda, yaitu perbedaan fase hidup, gen dan kondisi lingkungan. Perbedaan dibentuknya bentuk-bentuk daun agar kita mudah mengenali ciri khas dari setiap spesies.Berikut perubahan struktur epidermis dan mesofil jika ditinjau dari kondisi lingkungannya :
1.Tumbuhan Xerofit à hidup pada kondisi lingkungan kering
-Ukuran daun kecil à ukuran sel kecil, dinding sel lebih tebal, jaringan pembuluh rapat.
-Stomata terlindung di bagian yang lebih dalam dari epidermis.
- Jaringan palisade umumnya lebih dari satu lapisan sel.
-Pada permukaan daun terdapat kutikula dan trikoma
-Pada tumbuhan sukulen, terdapat banyak sel parenkim yang berfungsi untuk menyimpan air
2.Tumbuhan Hidrofit à tumbuhan yang hidup di air
Jaringan penyokong dan pelindung tereduksi, jaringan pembuluh berkurang (terutama xilem), terbentuk ruang udara yang cukup besar à aerenkim
Epidermis à pengambilan nutrisi dari dalam air dan untuk pertukaran gas à Pada banyak tumbuhan air, epidermis berklorofil
Kutikula tipis
Stomata pada umumnya tidak ada. Pada daun tumbuhan air yang terapung, stomata terdapat pada permukaan atas
Daun yang terendam dalam air termodifikasi menjadi bentuk silindris,
àmemimimalkan arus air yang melewati daun / mencegah koyaknya daun.
Beberapa tumbuhan air memiliki dua bentuk daun berbeda :
daun darat dan daun air à pengendalian ekspresi gen dalam pembentukan daun.
3.Daun pada tumbuhan yang disimpan di tempat gelap
• Lamina lebih tipis dan area permukaan yang lebih lebar dibandingkan dengan daun yang tumbuh pada kondisi cahaya normal.
– Laju fotosintesis rendah pada saat cahaya matahari penuh
– Laju fotosintesis ~ daun di tempat terbuka pada lingkungan terlindung
Pada awal perkembangan daun, aktifitas meristem daun menyebabkan terjadinya perpanjangan daun. Perpanjangan daun berikutnya terjadi sebagai akibat aktifitas meristem interkalar. Pelebaran daun (bifacial/dorsoventral) terjadi bila meristem tepi daun aktif melakukan pembelahan sel. Bila aktifitas meristem tepi tersebut terbatas hanya pada daerah-daerah tertentu saja, maka akan terbentuk daun yang berbagi menyirip atau majemuk menyirip. Jadi, pada dasarnya bentuk daun sangat tergantung dari perkembangannya, terutama pembelahan dan pembesaran sel. Selain itu, adanya kematian sel pada daerah-daerah tertentu selama perkembangan daun berlangsung juga dapat menentukan bentuk akhir dari suatu daun. Perkembangan daun seperti inilah yang merupakan dasar bagi terbentuknya basal daun, ujung daun, tepi daun, dan bentuk geometri daun yang berbeda-beda.
BAB III
KESIMPULAN
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia.
demikian lah sedikit makalah tentang makalah morfologi daun jangan lupa untuk share dan komen ya di bawah biar admin tetep semangat update nya.
tag :
makalah pengertian daun
makalah daun pdf
laporan morfologi daun
pengertian daun tidak lengkap
macam macam bentuk morfologi daun
perbedaan daun lengkap dan tidak lengkap dalam bentuk tabel
morfologi daun ppt
Untuk kali ini saya akan bagikan mengenai makalah tentang macam macam Gulma Pada tanaman Padi semoga saja bisa membantu tugas tugas yang diberikan oleh guru atau dosen kalian bagi yang membutukan makalahnya bisa dilihat di bawah ini.
PENDAHULUAN
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan kehadirannya tidak diinginkan karena dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan. Istiliah lain yang digunakan untuk gulma adalah herba, tanaman liar atau tumbuhan pengganggu.
Gulma merupakan salah satu kendala utama usahatani di lahan pasang surut. Gulma yang merupakan pesaing tanaman dalam pemanfaatan unsur hara, air, dan ruang, ditaksir ada sekitar 120 jenis. Sebagian gulma juga menjadi tempat hidup dan tempat bernaung hama dan penyakit tanaman, serta menyumbat saluran air. Jenis gulma yang ditemukan di lahan pasang surut sangat dipengaruhi oleh tipe luapan. Pada lahan yang terus menerus tergenang, gulma yang paling banyak dijumpai adalah gulma air (eceng, semanggi, jajagoan, jujuluk), sedangkan pada lahan yang tidak tergenang, sebagian besar adalah gulma darat (alang-alang, gerintingan, babadotan, dll.). Pada lahan yang tergenang saat pasang besar saja, ditemukan baik gulma air maupun gulma darat. Secara umum, gulma dikelompokkan berdasarkan tipe daunnya, yakni (i) golongan berdaun pita, (ii) golongan teki, dan (iii) golongan berdaun lebar.
Secara umum kerugian yang ditimbulkan gulma dapat dibagi menjadi dua, yaitu kerugian yang langsung dan tidak langsung. Kerugian langsung terjadi akibat kompetisi yang dapat mengurangi panen. Termasuk didalamnya adalah penurunan hasil panen, baik secara keseluruhan atau yang panennya saja dan penurunan kualitas hasil panenan sebagai akibat pencemaran oleh biji- biji gulma. Sedangkan kerugian yang tidak langsung terjadi akibat kompetisi yang dapat menimbulkan kerugian tetapi tidak secara langsung dari hasil panen, seperti gulma dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit tanaman.
ISI
GULMA PADA PADI SAWAH
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar, sehingga ketersediaan pangan khususnya beras bagi masyarakat harus selalu terjamin. Dengan terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat, maka masyarakat akan memperoleh hidup yang tenang dan akan lebih mampu berperan dalam pembangunaan.
Permasalahan pangan sepertinya tak pernah lepas dari kehidupan bangsa Indonesia, terutama petani yang merupakan masyarakat mayoritas Indonesia. Diantara berbagai masalah pangan yang sedang diderita Indonesia, ketergantungan terhadap bahan pangan tertentu misalnya beras dan gandum merupakan hal yang paling memprihatinkan karena menyebabkan ketahanan pangan nasional menjadi rapuh.
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil beras baik kualitas dan kuantitas adalah gangguan gulma. Gulma sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) termasuk kendala penting yang harus diatasi dalam peningkatan produksi padi di Indonesia. Penurunan hasil padi akibat gulma berkisar antara 6-87 %. Data yang lebih rinci penurunan hasil padi secara nasional akibat gangguan gulma 15-42 % untuk padi sawah dan padi gogo 47-87 % (Pitoyo, 2006).
Program pengendalian gulma yang tepat untuk memperoleh hasil yang memuaskan perlu dipikirkan terlebih dahulu. Pengetahuan tentang biologis dari gulma (daur hidup), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gulma, pengetahuan mengenai cara gulma berkembang biak, menyebar dan bereaksi dengan perubahan lingkungan dan cara gulma tumbuh pada keadaan yang berbeda- beda sangat penting untuk diketahui dalam menentukan arah program pengendalian. Keberhasilan dalam pengendalian gulma harus didasari dengan pengetahuan yang cukup dan benar dari sifat biologi gulma tersebut, misalnya a) dengan melakukan identifikasi, b) mencari dalam pustaka tentang referensi gulma tersebut c) serta bertanya pada para pakar atau ahli gulma. Ketiga cara ini merupakan langkah pertama untuk menjajaki kemungkinan cara pengendalian yang tepat (Sukma dan Yakup, 2002).
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat, merupakan daerah yang sebagian besar penduduknya membudidayakan padi sawah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Permasalahan terbesar yang saat ini yang dihadapi oleh sebagian besar petani di Kecamatan Samatiga adalah penurunan hasil panen padi akibat gangguan dari gulma. Pengendalian gulma secara langsung yang saat ini diterapkan oleh petani di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat sebagian besar sangat mengandalkan pengendalian secara kimiawi, sedangkan pemerintah sedang sangat gencar-gencarnya mengupayakan pengendalian organisme penggagu tanaman (OPT) dengan sistem pengendalian terpadu. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Bangun dan Syam (1989), bahwa untuk lebih menekan pertumbuhan gulma dengan hasil yang lebih baik, perlu adanya kombinasi berbagai cara pengendalian yang dikenal dengan pengendalian terpadu yang dapat dilakukan mulai dari pengolahan tanah, cara bercocok tanam, cara pemupukan, dan pengairan yang baik serta dilanjutkan dengan pengendalian secara langsung misalnya pengendalian mekanis, fisis, biologi baru yang terakhir dengan penggunaan zat kimia.
Berawal dari permasalahan tersebut, perlu dilakukan identifikasi gulma-gulma yang terdapat pada persawahan petani di Kecamatan Samatiga. Identifikasi dimaksudkan untuk membantu para petani dalam usaha menentukan program pengendalian gulma secara terarah sehingga produksi padi dapat ditingkatkan sebagaimana yang diharapkan.
Terdapat 33 jenis gulma yang sering dijumpai tumbuh pada pertanaman padi sawah dengan perincian 10 jenis dari golongan rerumputan, 7 teki-tekian, dan 16 jenis dari golongan gulma berdaun lebar. Sepuluh jenis gulma yang dominannya adalah sebagai berikut: Monochoria vaginalis, Paspalum distichum, Fimbristylist milliacea, Cyperus difformis, Scirpus juncoides, Marsilea crenata, Echinochloa crus-galli, Jussiea repens, Spenochlea zeylanica, dan Cyperus iria.
MACAM-MACAM GULMA PADA TANAMAN PADI
1. Monochoria vaginalis
merupakan tumbuhan tahunan berdaun lebar, ditemukan di sawah. Daunnya pada waktu muda berbentuk panjang dan sempit, kemudian berbentuk lanset, sedangkan yang sudah tua berbentuk bulat telur-bulat memanjang/ jantung yang mengkilap, bunga berwarna biru keunguan dengan kedudukan yang berlawanan dengan kedudukan daun. Bunganya biasanya sebanyak 3 – 25, terbuka secara serentak. Perhiasan bunga panjang 11 – 15 cm, tangkai bunga 4- 25mm, kepala putik yang melengkung. Buah M. vaginalis mempunyai diameter kurang lebih 1 cm. Berkembangbiak melalui biji. Tempat tumbuhnya di tanah berawa terutama di sawah-sawah. Sering menghasilkan bobot basah yang lebih tinggi disawah daripada spesies gulma lain. Namun gulma ini pendek, dan akarnya hanya dekat permukaan tanah dan tidak dapat bersaing dengan gulma lain untuk mendapatkan sinar matahari dan hara tanah.
merupakan tumbuhan tahunan berdaun lebar, ditemukan di sawah. Daunnya pada waktu muda berbentuk panjang dan sempit, kemudian berbentuk lanset, sedangkan yang sudah tua berbentuk bulat telur-bulat memanjang/ jantung yang mengkilap, bunga berwarna biru keunguan dengan kedudukan yang berlawanan dengan kedudukan daun. Bunganya biasanya sebanyak 3 – 25, terbuka secara serentak. Perhiasan bunga panjang 11 – 15 cm, tangkai bunga 4- 25mm, kepala putik yang melengkung. Buah M. vaginalis mempunyai diameter kurang lebih 1 cm. Berkembangbiak melalui biji. Tempat tumbuhnya di tanah berawa terutama di sawah-sawah. Sering menghasilkan bobot basah yang lebih tinggi disawah daripada spesies gulma lain. Namun gulma ini pendek, dan akarnya hanya dekat permukaan tanah dan tidak dapat bersaing dengan gulma lain untuk mendapatkan sinar matahari dan hara tanah.
2. Paspalum distichum
merupakan tumbuhan tahunan, jenis rumput. Ditemukan di sawah. Karangan bunga bercabang dua, hanya sebelah yang beranak bulir. Berkembangbiak melalui potongan batang di bawah tanah yang menjalar. Habitat sepanjang saluran irigasi. Dapat bertahan hidup dalam sawah tergenang, tanah yang berdrainase buruk, bahkan disawah yang berdrainase baik. Tumbuhan membuat selapis hamparan akar yang tebal tepat di bawah permkaan, dan ini dapat menghambat arus air irigasi bila gulma tumbuh sepanjang saluran irigasi.
3.Frimbristylist milliacea
merupakan tumbuhan setahun, tumbuh berumpun, dengan tinggi 20 – 60 cm. Batangnya ramping, tidak berbulu-bulu, bersegi empat, dan tumbuh tegak. Daunnya terdapat di bagian pangkal, bentuk bergaris, menyebar lateral, tepi luar tipis, panjang sampai 40 cm. Bunganya berkarang dan bercabang banyak. Anak bulir kecil dan banyak sekali, warna cokelat dengan punggung berwarna hijau, bentuk bola sampai jorong, dengan ukuran 2 – 5 mm x 1,5 – 2 mm. Buahnya berwarna kuning pucat atau hampir putih, bentuk bulat telur terbalik. Biasanya terdapat di tempat-tempat basah, berlumpur sampai semi basah, umumnya terdapat pada lahan sawah.
merupakan tumbuhan setahun, tumbuh berumpun, dengan tinggi 20 – 60 cm. Batangnya ramping, tidak berbulu-bulu, bersegi empat, dan tumbuh tegak. Daunnya terdapat di bagian pangkal, bentuk bergaris, menyebar lateral, tepi luar tipis, panjang sampai 40 cm. Bunganya berkarang dan bercabang banyak. Anak bulir kecil dan banyak sekali, warna cokelat dengan punggung berwarna hijau, bentuk bola sampai jorong, dengan ukuran 2 – 5 mm x 1,5 – 2 mm. Buahnya berwarna kuning pucat atau hampir putih, bentuk bulat telur terbalik. Biasanya terdapat di tempat-tempat basah, berlumpur sampai semi basah, umumnya terdapat pada lahan sawah.
4. Cyperus difformis
merupakan tumbuhan tahunan, tumbuh berumpun, 10 – 70 cm. Batangnya berbentuk segitiga licin, agak lunak, menajam pada ujungnya, sering berwarna agak hijau kekuning-kuningan. Daunnya dalam jumlah yang sedikit terdapat pada bagian pangkal batang, umumnya lebih pendek dari pada batang dengan lebar 2 – 8 mm. Bunganya berkarangan terdapat di ujung, umumnya anak bulir banyak dan membentuk suatu masa yang berbentuk bulat pada ujung cabang. Mempunyai 2 atau 3 daun pelindung seperti daun yang disebut daun pembalut. Anak bulir mempunyai ukuran panjang 4 – 8 mm, dan lebar lebih kurang 1 mm. C. difformis biasanya terdapat di tempat- tempat basah dan berlumpur, terutama di sawah. Reproduksinya melalui biji. Tumbuhannya dapat menutupi tanah dengan cepat karena daur kehidupan yang pendek dan produksi biji yang sangat banyak. Gulma tidak menaungi tanaman padi, tetapi dapat bersaing dalam memperebutkan air dan hara. Dapat menjadi gulma yang dominan disawah bila herbisida yang digunakan itu efektif terhadap rumput, tetapi tidak membunuh teki. Gulma tidak tahan terhadap genangan yang dalam, dan mungkin dapat dikendalikan melalui pengelolaan air.
5. Echinochloa crus-galli
merupakan tumbuhan setahun, perakarannya dangkal, tumbuh berumpun, dengan tinggi batang 50 – 150 cm. Batangnya kuat dan kokoh, tumbuh tegak serta daunnya rata/datar dengan panjang 10 – 20 cm, lebar 0,5 – 1 cm. Bentuk garis meruncing ke arah ujung, yang mula-mula tumbuh tegak kemudian merunduk, panjang 5 – 21 cm, terdiri dari 5 – 40 cm tandan. Biasanya terbentuk piramid sempit, warna hijau sampai ungu tua. Bulirnya banyak, anak bulir panjang 2 – 3,5 mm, berambut. Kepala sarinya mempunyai diameter 0,6 – 0,85 mm. Buah E. crusgalli disebut caryopsis, berbentuk lonjong, tebal, panjang 2 – 3,5 mm. Biji yang tua berwarna kecoklat-coklatan sampai kehitam-hitaman. Echinochloa crus-galli terdapat di tempat-tempat basah, kadang-kadang terdapat juga di tempat setengah basah. Di sawah tumbuh bersama padi, akan tetapi umumnya lebih tinggi dan berbunga lebih dulu dari pada padi.
merupakan tumbuhan setahun, perakarannya dangkal, tumbuh berumpun, dengan tinggi batang 50 – 150 cm. Batangnya kuat dan kokoh, tumbuh tegak serta daunnya rata/datar dengan panjang 10 – 20 cm, lebar 0,5 – 1 cm. Bentuk garis meruncing ke arah ujung, yang mula-mula tumbuh tegak kemudian merunduk, panjang 5 – 21 cm, terdiri dari 5 – 40 cm tandan. Biasanya terbentuk piramid sempit, warna hijau sampai ungu tua. Bulirnya banyak, anak bulir panjang 2 – 3,5 mm, berambut. Kepala sarinya mempunyai diameter 0,6 – 0,85 mm. Buah E. crusgalli disebut caryopsis, berbentuk lonjong, tebal, panjang 2 – 3,5 mm. Biji yang tua berwarna kecoklat-coklatan sampai kehitam-hitaman. Echinochloa crus-galli terdapat di tempat-tempat basah, kadang-kadang terdapat juga di tempat setengah basah. Di sawah tumbuh bersama padi, akan tetapi umumnya lebih tinggi dan berbunga lebih dulu dari pada padi.
6. Spenochlea zeylanica
merupakan tumbuhan setahun, termasuk kedalam jenis berdaun lebar. Ditemukan di sawah. Akar berbentuk tali, batang berongga, bunga putih berbentuk bulir. Berkembang biak melalui biji. Habitatnya sawah yang selalu tergenagi dan rawa. Tumbuh hamper di tiap tanah basah pada daratan rendah. Biasa ditemukan dan gawat disawah dan kadang-kadang merupakan masalah bagi tanaman lain seperti talas.
Cyperus iria merupakan tumbuhan setahun, termasuk kedalam jenis teki. Ditemukan di sawah, dan lading gogorancah. Akar serabut berwarna merah kekuning-kuningan, bunga terbuka berwarna kekuning-kuningan, daun dibawah bunga lebih panjang daripada bunganya. Berkembangbiak melalui biji, tiap tumbuhan dapat menghasilkan biji sampai 5000 butir. Habitatnya di daerah terbuka yang basah, di tanah yang basah, tanah kering dan lahan gogorancah.
Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan. Mencegah biasanya lebih murah tetapi tidak selalu lebih mudah. Di negara-negara yang sedang membangun kegiatan pengendalian yang banyak dilakukan orang adalah pemberantasan. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara-cara :
1. Pengendalian gulma secara fisik
Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan dengan jalan :
a. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dengan menggunakan alat-alat seperti cangkul, garu, bajak, traktor dan sebagainya pada umumnya juga berfungsi untuk memberantas gulma. Efektifitas alat-alat pengolah tanah di dalam memberantas gulma tergantung beberapa faktor seperti siklus hidup dari gulma atau kropnya, dalam dan penyebaran akar, umur dan ukuran infestasi, macamnya krop yang ditanaman, jenis dan topografi tanah dan iklim.
b. Penggenangan
Penggenangan efektif untuk memberantas gulma tahunan. Caranya dengan menggenangi sedalam 15 - 25 cm selama 3 - 8 minggu. Gulma yang digenangi harus cukup terendam, karena bila sebagian daunnya muncul di atas air maka gulma tersebut umumnya masih dapat hidup.
c. Pembakaran
Suhu kritis yang menyebabkan kematian pada kebanyakan sel adalah 45 - 550 C, tetapi biji-biji yang kering lebih tahan daripada tumbuhannya yang hidup. Kematian dari sel-sel yang hidup pada suhu di atas disebabkan oleh koagulasi pada protoplasmanya.
Pembakaran secara terbatas masih sering dilakukan untuk membersihkan tempat-tempat dari sisa-sisa tumbuhan setelah dipangkas. Pada sistem peladangan di luar Jawa cara ini masih digunakan oleh penduduk setempat. Pembakaran umumnya banyak dilakukan pada tanah-tanah yang non pertanian, seperti di pinggir-pinggir jalan, pinggir kali, hutan dan tanah-tanah industri.
Keuntungan pembakaran untuk pemberantasan gulma dibanding dengan pemberantasan secara kimiawi adalah pada pembakaran tidak terdapat efek residu pada tanah dan tanaman. Keuntungan lain dari pembakaran ialah insekta-insekta dan hama-hama lain serta penyakit seperti cendawan-cendawan ikut dimatikan. Kejelekannya ialah bahaya kebakaran bagi sekelilingnya, mengurangi kandungan humus atau mikroorganisme tanah, dapat memperbesar erosi, biji-biji gulma tertentu tidak mati, asapnya dapat menimbulkan alergi dan sebagainya.
2. Pengendalian gulma dengan sistem budidaya
Cara pengendalian ini jiga disebut pengendalian secara ekologis, oleh karena menggunakan prinsip-prinsip ekologi yaitu mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga mendukung dan menguntungkan pertanaman tetapi merugikan bagi gulmanya. Di dalam pengendalian gulma dengan sistem budidaya ini terdapat beberapa cara yaitu :
a. Pergiliran Tanaman
Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulma dalam ambang yang tidak membahayakan. Coontoh : padi – tebu – kedelai, padi – tembakau – padi. Tanaman tertentu biasanya mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena biasanya jenis gulma itu dapat hidup dengan leluasa pada kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh gulma teki (Cyperus rotundus) sering berada dengan baik dan mengganggu pertanaman tanah kering yang berumur setahun (misalnya pada tanaman cabe, tomat, dan sebagainya). Demikian pula dengan wewehan (Monochoria vaginalis) di sawah-sawah. Dengan pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya.
b. Budidaya pertanaman
Penggunaan varietas tanaman yang cocok untuk suatu daerah merupakan tindakan yang sangat membantu mengatasi masalah gulma.
Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutupi ruang-ruang kosong merupakan cara yang efektif untuk menekan gulma.
Pemupukan yang tepat merupakan cara untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing pertanaman terhadap gulma.
Waktu tanaman lambat, dengan membiarkan gulma tumbuh lebih dulu lalu diberantas dengan pengolahan tanah atau herbisida. Baru kemudian tanaman ditanam pada tanah yang sebagian besar gulmanya telah mati terberantas.
3. Pengendalian gulma secara biologis
Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain, seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya. Pengendalian biologis yang intensif dengan insekta atau fungi biasanya hanya ditujukan terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas dan ini harus melalui proses penelitian yang lama serta membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin apabila species gulma yang akan dikendalikan itu habis, insekta atau fungi tersebut tidak menyerang tanaman atau tumbuhan lain yang mempunyai arti ekonomis.
Sebagai contoh eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat dikendalikan secara biologis dengan kumbang penggerek Neochetina bruchi dan Neochetina eichhorniae. Sedangkan jamur atau fungi yang berpotensi dapat mengendalikan gulma secara biologis ialah Uredo eichhorniae untuk eceng gondok, Myrothesium roridum untuk kiambang , dan Cerospora sp. untuk kayu apu. Di samping pengendalian biologis yang tidak begitu spesifik terhadap species-species tertentu seperti penggunaan ternak dalam pengembalaan, kalkun pada perkebunan kapas, ikan yang memakan gulma air dan sebagainya.
4. Pengendalian gulma secara kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar dan sebagainya. Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil. Untuk berhasilnya cara ini memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang cukup dan untuk itu akan diuraikan tersendiri lebih lanjut.
5. Pengendalian gulma secara terpadu
Yang dimaksud dengan pengendalian gulma secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
Walaupun telah dikenal beberapa cara pengendalian gulma antara lain secara budidaya, fisik, biologis dan kimiawi serta preventif, tetapi tidak satupun cara-cara tersebut dapat mengendalikan gulma secara tuntas. Untuk dapat mengendalikan suatu species gulma yang menimbulkan masalah ternyata dibutuhkan lebih dari satu cara pengendalian. Cara-cara yang dikombinasikan dalam cara pengendalian secara terpadu ini tergantung pada situasi, kondisi dan tujuan masing-masing, tetapi umumnya diarahkan agar mendapatkan interaksi yang positif, misalnya paduan antara pengolahan tanah dengan pemakaian herbisida, jarak tanam dengan penyiangan, pemupukan dengan herbisida dan sebagainya, di samping cara-cara pengelolaan pertanaman yang lain.
PENGEDALIAN GULMA PADI SAWAH
· Menyiang
Keuntungan menyiang dengan tangan. Menyiang dengan tangan ialah cara yang paling tua, paling sederhana langsung dalam mengendalikan gulma di sawah. Efektif terhadap gulma muda. Gulma yang tumbuh didalam rumpun dan diantara barisan tanaman padi dapat dibuang tanpa merusak tanaman padi.
Kerugian menyiang dengan tangan adalah banyak tenaga kerja dan memakan waktu yang lama. Biit gulma yang masih muda tidak dapat dibedakan dengan tanaman padi pada awal musim, dikala menyiangi dengan tangan paling efektif.
Pengaturan waktu untuk menyiang dengan tangan, menyiang dengan tangan harus dilakukan pada waktu pertumbuhan dini tanaman itu tepatnya waktu tergantung dari budidaya padinya.
Teknik, gulma tahunan yang tumbuh lagi dari striktur di bawah permukaan tanah dan yang sulit dikendalikan dengan sekali siang, dapat dikendalikan dengan penyiangan berulang.
· Pengelolaan air
Penggenangan adalah tindakan pengendalian gulma yang penting, padi tumbuh baik hasilnyadalam tanah jenuh maupun dalam air genangan, keuntungan utama penggenangan ialah pengendalian gulma akan lebih baik.
Waktu menggenangi dengan air adalah 3-4 hari setelah tandur. Dalam pertumbuhannya permukaan air dapat dinaikkan 5-10 cm. padi yang ditabur langsung dapat digenangi setelah berkecambah dan tanaman sudah mapan. Menggenangi dengan air pada system tanah ini kurang efektif karena beberapa jenis gulma dapat turut mapan pertumbuhannya bersama dengan tanaman padi yang masih muda.
· Herbisida
Herbisida adalah suatu bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan gulma. Cara yang paling efektif untuk menanggulangi gulma ialah menggunakan herbisida dalam kombinasi dengan cara pengendalian lainnya.
Keuntungan herbisida adalah menghemat tenaga, dapat digunakan dalam lingkungan padi apapun. Kerugiannya adalah menggunakan herbisida yang sama terus-menerus mengakibatkan berkembangnya gulma, khususnya jenis tahunan, yang sulit dikendalikan dengan herbisida. Pengaturan waktu pemberian herbisida.
KESIMPULAN
1. Gulma merupakan tanaman yang tumbuh di sekitar tanaman yang dibudidayakan atau tanaman lain yang tumbuh bersama dengan tanaman yang diusahakan.
2. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil beras baik kualitas dan kuantitas adalah gangguan gulma.
3. Sepuluh jenis gulma yang dominannya adalah sebagai berikut: Monochoria vaginalis, Paspalum distichum, Frimbristylist milliacea, Cyperus difformis, Scirpus juncoides, Marsilea crenata, Echinochloa crus-galli, Jussiea repens, Spenochlea zeylanica, dan Cyperus iria.
4. Cara-cara pengendalian gulma: Pengendalian gulma secara fisik, Pengendalian gulma dengan sistem budidaya, Pengendalian gulma secara biologis, Pengendalian gulma secara kimiawi dan Pengendalian gulma secara terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, P dan M. Syam. 1989. Pengendalian Gulma Pada Tanaman Padi. Badan Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.
Hasanuddin. 1989. Tanggapan Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Terhadap Kompetisi Gulma-Gulma Dominan. Fakultas Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Bandung.
Sastroutomo, S, S. 1990. Ekologi Gulma. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sundaru, M. M. Syam., J. Bakar. 1976. Beberapa jenis gulma pada padi sawah. Bull. Tek. LP3 Bogor.
Admin
04:34
New Google SEO
Bandung, Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alam semesta terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik (makhluk hidup) jumlahnya sangat banyak dan sangat beraneka ragam. Mulai dari laut, dataran rendah, sampai di pegunungan, terdapat makhluk hidup yang jumlahnya banyak dan sangat beraneka ragam. Karena jumlahnya banyak dan beraneka ragam, maka kita akan mengalami kesulitan dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup. Untuk mempermudah dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup maka kita perlu cara.
Cara untuk mempermudah kita dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup disebut Sistem Klasifikasi (penggolongan / pengelompokan). Dalam makalah ini kami akan membahas secara lebih mengkhusus pada klasifikasi Tumbuhan mengingat kurangnya pengetahuan tentang bagaimana pengelompokan – pengelompokan tentang tumbuhan mukin yang kita tahu bahwa semua tumbuhan itu adalah pepohonan yang memiliki daun yang lebat dan batang yang kuat , pada hal banyak hal yang belum kita ketahui tentang dunia tumbuhan (Plantae).
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu klasifikasi ?
b. Apakah tujuan dan manfaat klasifikasi ?
c. Apa sajakah yang mempengaruhi klasifikasi ?
d. Bagaimanakah klasifikasi tumbuhan ?
e. Bagaimanakah sejarah klasifikasi ?
1.3 Tujuan penulisan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan klasifikasi
b. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat klasifikasi
c. Untuk mengetahui tentang klasifikasi tumbahan
d. Untuk mengetahui dasar klasifikasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Klasifikasi.
Kegiatan mengelompokan mengelompokan makhluk hidup disebut klasifikasi, dengan kata lain klasifikasi adalah pengelompokan aneka jenis hewan atau tumbuhan kedalam golongan / takson melalui keseragaman dalam keanekaragaman.
2.2 Tujuan dan Manfaat Klasifikasi
Kalsifikasi bertujuan untuk mempermudah mengenal objek yang beranekaragam dengan cara mencari persamaan dan perbedaan ciri serta sifat pada objek tersebut. Klasifikasi berguna untuk menunjukan hubungan kekerabatan diantara makhluk hidup. Keuntungan mengklasifikasikan makhluk hidup adalah mempermudah dalam mencari keterangan tentang makhluk hidup yang akan kita pelajari. Selain itu klasifikasi juga memudahkan dalam memberi nama ilmiah kepada individu atau populasi individu.
2.3 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Klasifikasi.
a. Subjektivitas, yaitu penafsiran seorang ilmuan dapat sangat berbeda pada objek studi yang sama.
b. Dasar / kriteria klasifikasi yang digunakan.
c. Perkembangan Iptek.
d. Tingkat pengetahuan ilmuan yang melakukan klasifikasi
e. Perbedaan tujuan klasifikasi
3.1 Klasifikasi Tumbuhan
Klasifikasi makhluk hidup dilakukan para ahli yaitu :
Aristoteles, mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi 2 yaitu dunia tumbuhan (kingdom Plantae) dan dunia hewan (kingdom Animalia)
Carolus Linnaeus, mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi 2 yaitu Plantae (tumbuhan) dan Animalia (hewan). Perbedaannya dengan Aristoteles adalah Linnaeus dapat mengklasifikasikan makhluk hidup kemudian memberikan mana ilmiah dengan system tatanama Binominal Nomenklatu dan Carolus Linnaeus adalah orang yang pertama kali meletakkan dasar klasifikasi, sehingga Carolus Linnaeus disebut sebagai Bapak Taksonomi. Sehingga Ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi (pengelompokan / penggolongan) disebut Taksonomi. Sebelum adanya klasifikasi menurut Linnaeus, banyak cara yang mula – mula dilakukan oleh orang – orang untuk melakukan klasifikasi. Misalnya klasifikasi pada tumbuhan berdasarkan hal – hal sebagai berikut :
a. Berdasarkan bentuk dan ukurannya, tanaman digolongkan menjadi tanaman perdu, pohon, semak, dan rerumputan.
b. Berdasarkan manfaatnya, tanaman digolongkan menjadi tanaman pangan, obat – obatan, sandang dan hias.
c. Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya, tanaman digolongkan menjadi tanaman kering (xerofit), tanaman air (hidrofit), dan tanaman lembab (higrofit).
d. Berdasarkan cara hidupnya, tanaman digolongkan menjadi tanaman saprofit, parasit, epifit.
Penggolongan seperti diatas ternyata sangat sulit sehingga sekarang lebih sering orang – orang menggunakan cara klasifikasi makhluk hidup seperti yang telah dibuat oleh Carolus Linnaeus.
Carolus Linnaeus meletakan dasar / kriteria klasifikasi makhluk hidup yaitu:
a. Jumlah sel penyusun tubuh: uniseluler / multiseluler
b. Organ perkembangbiakan
c. Habitus (kenampakan) tumbuhan waktu hidupnya: tegak, merambat, menjalar.
d. Ada tidaknya biji, bunga, dan buah.
e. Dari morfologi (struktur tubuh luar) dan anatomi (struktur tubuh dalam).
Makhluk hidup yang mempunyai ciri dan sifat yang sama di kelompokkan ke dalam satu golongan. Makin banyak persamaan ciri dan sifat yang ada pada makhluk hidup, makin dekat kekerabatannya. Berdasarkan persamaan ciri dan sifat makhluk hidup maka dapat dibentuk kelompok – kelompok. Kelompok – kelompok yang terbentuk diatur dalam urutan dan tingkat tertentu. Carolus Linnaeus membuat urutan klasifikasi dari tingkat yang terkecil hingga tingkat yang terbesar yaitu sebagai berikut :
a. Unit dasar terkecil dalam klasifikasi adalah jenis – jenis (spesies).
b. Jenis – jenis yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu kelompok yang disebut marga (Genus).
c. disebut suku (familia).
e.Beberapa suku yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu kelompok yang disebut bangsa (ordo).
f. Beberapa bangsa yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu kelompok yang disebut kelas (classis).
g.Beberapa kelas yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu kelompok yang disebut phylum (division).
h.Beberapa divisio yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu kelompok yang disebut kerajaan (kingdom).
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan di tahun 1960an dan ditemukannya mikroskop elektron serta teknik biokimia untuk mengungkapkan perbedaan secara selular (di tingkat sel) antara organisme yang satu dengan yang lain, para ilmuwan tergerak untuk membuat klasifikasi baru.
Pada tahun 1969, R.H. Whittaker mengusulkan klasifikasi lima kingdom dan ini disetujui oleh sebagian besar biologiwan . Whittaker mengusulkan bahwa fungi (jamur) diklasifikasikan dalam kingdom tersendiri dan terpisah dari kingdom tumbuhan. Alasan Whittaker memisahkan fungi dari kingdom tumbuhan karena jamur tidak melakukan fotosintesis dan menyerap makanan dan organisme lain. Selain itu fungi berbeda dengan tumbuhan dalam hal komposisi dinding selnya, struktur tubuhnya dan cara reproduksinya. dengan demikian terdapat 5 kingdom organisme yaitu Monera (bakteri dan cyanophyta), Protista (protozoa, kapang lendir), Fungi, Plantae dan Animalia.
Menurut para ahli, ada sekitar 70.000 jenis jamur. salah satunya adalah Myxomycetes atau jamur lendir. jamur ini menghabiskan hidupnya sebagai organisme mirip amoeba yang disebut plasmodium. Makanan jamur ini adalah bakteri dan protozoa, dan zat – zat organik yang dijumpainya. Karena jamur ini dapat berpindah – pindah mencari makan, jamur ini digolongkan ke kingdom tersendiri yaitu kingdom fungi.Adapun ciri – ciri kingdom plantae sebagai berikut
a. Tersusun atas sel – sel eukariotik
b. Bersifat autotof (membuat makanan sendiri).
c. Tubuh melekat pada substrat menggunakan rizoid (akar).
d. Tubuh dapat dibedakan antara akar, batang, dan daun .
Pada mulanya beberapa ahli menggolongkan dunia tumbuhan (kingdom Plantae) kedalam lima divisio yaitu :
a. Tumbuhan belah / Schizophyta.
b. Tumbuhan thalus / Thallophyta.
c. Tumbuhan lumut / Bryophyta.
d. Tumbuhan paku / Pteridophyta.
e. Tumbuhan biji / Spermatophyta.
Dengan melihat ciri - ciri kingdom plantae di atas maka klasifikasi kingdom plantae di golongkan menjadi empat divisio yaitu :
Tumbuhan lumut / Bryophyta
Alga / Ganggang
Tumbuhan paku / Pteridophyta.
Tumbuhan biji / Spermatophyta.
Bagan klasifikasi Kingdom Plantae.
Lumut Hati / Hepaticae
Bryophyta Lumut sejati / Musci
Lumut Tanduk /Anthoceratopsida
Ganggang Hijau / Chlorophyta
Ganggang Pirang / Chrysophyta
Ganggang Cokelat / Phaeophyta
Ganggang Merah / Rhodophyta
Plantae Psilotophyta
Pteridophyta Licophyta
Sphetophyta
Pterophyta
Spermatophyta T. biji terbuka / Gymnospermae.
T. biji tertutup / Angiospermae
3.1.1 Tumbuhan lumut / Bryophyta.
Lumut mempunyai bagian-bagian tubuh yang menyerupai akar, batang, dan daun. Akar tetapi, bagian-bagian itu sebenarnya bukan akar, batang, dan daun sejati. Bagian yang menyerupai akar disebut rizoid. Rizoid berupa benang-benang halus. Bagian ini berguna untuk menganbil air dan mineral. Tumbuhan lumut mempunyai klorofil sehingga berwarna hijau. Lumut biasanya hidup di tempat lembab yang tidak terkena cahaya secara langsung. Ada juga lumut yang hidup di tempat kering dan juga di air. Lumut berkembang biak dengan spora dan mengalami pergiliran keturunan.
Perkembangan vegetatif lumut dilakuakan dengan pembentukan spora. Perkembangan generatif lumut dilakukan dengan pembentukan sel-sel kelamin (gamet).
Tumbuhan lumut dapat dapat disebut sporofit dan gametofit karena dapat menghasilkan spora dan sel gamet. Apabila spora jatuh di tempat yang lembab, spora akan tumbuh menjadi benang-benang yang halus dan berkuncup pada beberapa tempat. Benang-benang itu disebut protonema. Selanjutnya protonema tumbuh menjadi lumut yang bersifat gametofit.
Lumut dewasa membentuk arkegonium dan anteridium. Arkegonium menghasilkan sel kelamin betina (sel telur), sedangkan anteridium menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoid). Apabila sel kelamin jantan membuahi sel telur terbentuklah zigot. Zigot tumbuh menjadi tumbuhan baru yang berupa tangkai dengan kotak spora di ujungnya yang disebut sporagonium. Sporagonium ini menyatu dengan tubuh tumbuhan lumut induk.
Sporagonium menghasilkan spora. Bila spora jatuh di tempat lembab akan tumbuh menjadi protonema. Demikianlah siklus tersebut terulang kembali seperti di atas. Berdasarkan bentuk tubuhnya, tumbuhan lumut debedakan menjadi dua kelas, yaitu lumut daun (Musci) dan lumut hati (Hepaticea).
a. Lumut Daun (Musci)
Lumut daun selalu tumbuh berkelompok di tempat-tempat yang lembab atau tempat dengan sedikit air. Lumut daun mempunyai batang dan daun. Letak daun tersusun teratur mengelilingi tangkainya seperti spiral. Contoh lumut daun adalah Sphagnum dan Polytrichum
Klasifikasi lumut daun :
ü Regnum : Plantae
ü Division : Bryophyta
ü Class : Bryopsid
ü Ordo : Bryoceales
ü Family : Bryopceae
ü Genus : Bryopsida
ü Species : Bryopsida
b. Lumut Hati (Hepaticea)
Tubuh lumut hati terdiri atas lembaran yang ujung-ujungnya terbelah. Lumut hati tumbuh di tempat-tempat basah atau di hutan yang terdapat di pegunungan. Contoh lumut hati adalah Marchantia, Riccia, dan Pellia.
Klasifikasi lumut hati :
ü Regnum : Plantae
ü Division : Hepaticohyta
ü Class : Hepaticosida
ü Ordo : Hepaticoccales
ü Family : Hepaticoceae
ü Genus : Hepaticopsida
ü Species : Hepaticiopsida sp
c. Lumut Tanduk (Anthoceratopsida)
Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi sporifitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Hidup di tepi sungai, danau, atau sepanjang selokan. Reproduksi seperti lumut hati. Contohnya Anthocerros sp
3.1.2 Alga / Ganggang
Ganggang memiliki pigmen hijau daun yang disebut klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis. Selain itu juga memiliki pigmen – pigmen tambahan lain yang dominan. Ganggang memiliki ukuran yang beraneka ragam ada yang mikroskopis, bersel satu, berbentuk benang atau pita , atau bersel banyak berbentuk lembaran. Dalam perairan ganggang merupakan penyusun vitoplankton yang biasanya melayang – laying didalam air, tetapi juga dapat hidup melekat didasar perairan disebut neustonik.
Ganggang yang bersifat bentik digolongkan lagi menjadi;
a. Epilitik ( hidup diatas batu)
b. Epipalik (melekat pada lumpur atau pasir)
c. Epipitik ( melekat pada tanaman )
d. Epizoik ( melekat pada hewan).
Berdasarkan habitat yang ditempatinya diperairan, dibedakan atas:
ü Ganggang Subbaerial yaitu ganggang yang hidup didaerah permukaan.
ü Ganggang Intertidal, yaitu ganggan secara periodic muncul kepermukaan karena naik turun air akibat pasang susrut.
ü Ganggang Subritorsal, yaitu ganggang yang berada dibawah permukaan air.
ü Ganggang Edafik, yaitu ganggang yang hidup diddalam tanah pada dasar perairan.
Jenis – jenis ganggang, misalnya Chlorella sp, bersimbiosis dengan organism lainnya yaitu hidup bersama paramecium, hydra atau molusca; ganggang platimonas sp, hidup bersama cacing pipih convolutta roscofencis.
Macam bentuk tubuh ganggan yaitu berselsatu atau uniseluler , membentuk koloni berupa filament atau kolini yang tidak membentuk filament.
Sebagian ganggang yang uniseluler dapat bergerak atas kekuatan sendiri (motil), dan yang tidak dapat bergerak sendiri yaitu nonmotil.
Perbedaan dengan tubuh uniseluler yang mikroskosis, pada ganggang yang membentuk koloni berupa filament berukuran cukup besar, sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang, sel yang terletak paling bawah pada filament membentuk alat khusus untuk menempel pada batu, batang pohon, atau lumpur. Alat tersebut dinamakan pelekat. Koloni ganggang yang tidak membentuk filamnen umumnya berbentuk pola atau pipih tanpa pelekat.
Cara ganggang bereproduksi dengan dua macam, yaitu seksual dan aseksual. Reproduksi secara aseksual terjadi melalui pembelahansel, fragmentasi, dan pembentukan zoozpora, sedangkan reproduksi secara aseksual terjadi melalui isogami dan oogami.
Reproduksi akan menghasilkan dua sel anakan yang masing – masing akan menjadi individu baru, terjadi pada ganggang bersel tunggal.
Sedangkan ganggang yang membentuk koloni tanpa filament, taupun koloni yang berupa filament, reproduksi melalui fragmentasi. Fragmentasia dalah terpecah – pecahnya koloni menjadi beberapa bagian.
Berdasarkan dominasi pigmennya, ganggang dapat dibedakan menjadi bebrapa kelompok yaitu ganggang coklat, ganggang merah , ganggang keemasan dan ganggang hijau.
3.1.2 Tumbuhan paku / Pteridophyta.
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang paling sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel (jaket steril) di sekeliling organ reproduksi, sistem transpor internal, hidup di tempat yang lembap. Akar serabut berupa rizoma, ujung akar dilindungi kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis, korteks, dan silinder pusat (terdapat xilem dan fleom).
Batang tumbuhan paku tidak tampak karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang, sangat pendek, ada juga yang dapat mencapai 5 meter seperti pada paku pohon atau paku tiang. Daun ketika masih muda melingkar dan menggulung. Beradasarkan bentuk dan ukurandan susunannya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi mikrofil dan makrofil. Mikrofil bentuk kecil atau bersisik, tidak bertangkai, tidak bertulang daun, belum memperlihatkan diferensiasi sel. Makrofil daun besar, bertangkai, bertulang daun, bercabang-cabang, sel telah terdiferensiasi. Berdasarkan fungsinya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi tropofil dan sporofil. Tropofil merupakan daun yang khusus untuk asimilasi atau fotosintesis. Sporofil berfungsi untuk menghasilkan spora.
Spora tumbuhan paku dibentuk dalam kotak spora . Kumpulan sporangium disebut sorus. Sorus muda sering dilindungi oleh selaput yang disebut indusium. Berdasarkan macam spora yang dihasilkan tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga yaitu paku homospora (isospora), paku heterospora dan paku peralihan. Paku homospora menghasilkan satu jenis spora (ex Lycopodium/paku kawat). Paku heterospora menghasilkan dua jenis spora yang berlainan yaitu megaspora (ukuran besar) dan mikrospora (ukuran kecil) (ex Marsilea/semanggi dan Selaginella/paku rane). Paku peralihan merupakan peralihan antara homospora dan heterospora menghasilkan spora pembentuk dan ukurannya sama tetapi berbeda jenis kelamin contoh : paku ekor kuda.
Tumbuhan paku bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas).Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki daun yang mengandung spora. Reproduksi seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan/spermatozoid (gametangium jantan/anteridium) dan sel kelamin betina/ovum (gametangium betina/arkegonium). Seperti pada lumut tumbuhan paku juga mengalami pergiliran keturunan/metagenesis. Metagenesis tersebut dibedakan antara paku homospora dan heterospora. Tumbuhan paku dibedakan menjadi empat kelompok yaitu :
a. Psilotophyta,
Psilotophyta mempunyai dua genera (ex Psilotum sp). Psilotum sp tersebar luas di daerah tropik dan subtropik, mempunyai ranting dikotom, tidak memiliki akar dan daun, pengganti akar berupa rizoma diselubungi rambut-rambut yang dikenal rizoid.
b. .Lycophyta,
Lycophyta contohnya Lycopodium sp dan Selaginella sp. Lycopodium sp sporanya dalam sporofit daun khusus untuk reproduksi dan dapat bertahan dalam tanah selama 9 tahun, dapat menghasilkan spora tunggal yang berkembang menjadi gametofit biseksual (memiliki baik organ jantan dan betina), jenis homospora. Selaginella sp merupakan tanaman heterospora, menghasilkan dua jenis spora (megaspora/gamet betina dan mikrospora/gamet jantan).
c. Sphenophyta,
Sphenophyta sering disebut paku ekor kuda, bersifat homospora, mempunyai akar; batang; daun sejati, batangnya keras karena dinding sel mengandung silika. Contohnya Equisetum debile (paku ekor kuda).
d. Pterophyta
Pterophyta (paku sejati) umumnya tumbuh di darat pada daerah tropis dan subtropis. Daunnya besar, daun muda menggulung. Sporangium terdapat pada sporofil (daun penghasil spora). Contohnya: Adiantum cuncatum (paku suplir untuk hiasan), Marsilea crenata (semanggi untuk sayuran), Asplenium nidus (paku sarang burung), Pletycerium bifurcatum (paku tanduk rusa).
3.1.3 Tumbuhan biji / Spermatophyta.
a. Tumbuhan Biji Terbuka (Gymnospermae)
Gymnospermae atau tumbuhan biji terbuka adalah tumbuhan biji yang bijinya tidak tertdapat dalam buah., tetapi bijinya terletak di daun buah sehingga bijinya tampak dari luar. Daun buah adalah daun biasa yang berubah bentuk dan fungsinya, yaitu bentuknya memanjang dan tepinya berlekuk-lekuk. Di tempat lekukannya terdapat bakal biji. Karena bakal bijinya tidak diliputi daun buah, tumbuhan biji terbuka disebut tumbuhan biji telanjang.
Gymnospermae digolongkan menjadai lima kelas sebagai berikut :
1. Pteridospermae (Paku Biji)
Kelas Pteridospermae merupakan peralihan dari tumbuhan paku (Pteridophyta) ke Gymnospermae. Tumbuhan kelas ini sudah punah.
2. Cycadinae
Cycadinae meliputi kira-kira 100 spesies yang sebagian besar menyerupai pohon palma, agak berkayu, tidak bercabang, akar tunggang, batang memanjang, serta berdaun majemuk dan terdapat di ujung batang. Tumbuhan ini berbungan uniseksual (berkelamin tunggal), misalnya pakis haji (Cycas rumphii).
Kebanyakan kelas Cycadinae merupakan tumbuhan tropis dan subtropics. Tumbuhan ini banyak dibudidayakan sebagai tanaman hias atau diambil getahnya. Anggota Cycadinae yang lain adalah Encephalartos lehmannii. Tanaman yang berasal dari afrika ini, merupakan tanaman berumah dua yang dapat digunakan untuk tanaman hias.
3. Ginkgoinae
Anggota kelas ini tinggal satu spesies yaitu Ginkgo biloba (pohon rambut dara cina). Ketinggian pohon ini dapat mencapai 28-30m. pohon ini dapat digunakan sebagai tanaman hias dan biasa ditanam di tengah kota karena tanaman ini tahan terhadap udara tercemar. Daun Ginkgo biloba seperti kipas, kulit buahnya tebal dan lunak. Tumbuhan jenis ini banyak tumbuh di negara Amerika Serikat dan Inggris.
4. Gnetinae
Kelas ini dianggap memiliki perkembangan evolusi paling tinggi karena memiliki bunga sederhana. Tumbuhan ini ada yang berumah satu dan ada yang berumah dua, serta berdaun tunggal dengan tulang menyirip. Contoh tumbuhan kelas Gnetinae adalah belinjo (Gnetum gnemon). Selain Gnetum gnemon terdapat tumbuhan Welwitschia mirabilis yang termasuk anggota kelas Gnetinae.
Welwitschia mirabilis tumbuh di gurun pasir Afrika. Tidak seperti halnya tumbuhan lain yang mempunyai banyak daun, tumbuhan Welwitschia mirabilis mempunyai satu pasang daun yang liat seperti kulit. Letak daun berhadapan dan terbentang di atas tanah yang berbatu-batu. Pada waktu tumbuh dari pangkalnya, daun-daun ini terbelah-belah membujur dan mati pada ujungnya. Batangnya terpendam di dalam tanah dan berbentuk cawan. Bagian ini muncul di atas tanah.
5. Coniferinae
Kelas ini meliputi kira-kira 600 spesies dan didominasi pinus yang meliputi lebih dari 80 spesies. Kebanyakan memiliki daun yang selalu hijau (evergreen). Tumbuhan ini tersebar luas, tetapi terutama di daerah dingin dan dataran tinggi. Tumbuhan ini berumah satu (biseksual). Bagian tumbuhan yang bermanfaat, misalnya kayu pinus (Pinus merkusii) berguna untuk pembuatan kertas serta korek api dan getah dammar (Agathis alba) untuk pembuatan cat. Selain itu, tanaman Abies balsamea dapat digunakan sebagian bahan balsam.
b.Tumbuhan Biji Tertutup (Angiospermae)
Tumbuhan biji tertutup (Angiospermae) adalah tumbuhan biji yang letah bijinya tertutup oleh daun buah. Angiospermae sudah memiliki organ yang berkembang sempurna sehingga dianggap sebagai golongan tumbuhan dengan tingkat perkembangan evolusi tinggi, dan angiospermae merupakan tumbuhan berbunga sejati.
4 Pembuahan Tunggal Ganda
Berdasarkan keping bijinya (kotiledon), tumbuhan Angiospermae dibedakan menjadi dua, yaitu Dicotyledoneae (dikotil), yaitu tumbuhan yang bijinya mempunyai dua kotiledon dan monocotyledoneae (monokotil), yaitu tumbuhan yang bijinya mempunyai satu kotiledon dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tumbuhan Berkeping Satu (Monokotil)
Monokotil adalah tumbuhan yang hanya mempunyai satu kotiledon. Tumbuhan monokotil pada saat berkecambah bijinya tidak membelah karena hanya mempunyai satu keeping biji.
Kelas monokotil dikelompokkan menjadi beberapa ordo (bangsa) dan setiap bangsa dikelompokkan menjadi beberapa suku. Adapun beberapa suku tumbuhan monokotil yang penting adalah sebagai berikut:
a. Gramineae (Poaceae)
Tumbuhan ini biasanya mempunyai akar rimpang, batang bulat beruas-ruas dan berongga, serta daun tunggal berbentuk pita dan susunan tulang daunnya sejajar. Daun melekat langsung pada batang. Bunga berukuran kecil dan tersusun oleh bulir. Beberapa bulir mrembentuk bulir majemuk. Penyerbukannya biasanya dibantu oleh angin. Contonya adalah jagung, tebu, padi dan alang-alang.
b. Cyperaceae
Ciri-ciri tumbuhan anggota famili ini antara lain mempunyai akar rimpang, batang segitiga dan tidak berongga, serta daun tunggal berbentuk pita dan terletak di pangkal batang. Contohnya: rumput teki.
c. Liliaceae
Tumbuhan ini biasanya mempunyai akar rimpang. Secara umum tumbuhan ini merupakan tumbuhan basah berupa tanaman merambat. Pada jenis tertentu tepi daum berduri dan berlendir, contohnya lidah buaya yang banyak dimanfaatkan untuk bahan kecantikan. Dan contoh lain yaitu bawang putih dan bawang merah yang dimanfaatkan untuk bumbu masakan.
d. Palmae
Tumbuhan ini biasanya mempunyai akar serabut, batang tidak bercabang, daun menyirip berbentuk kipas, dan tangkai daun atau pelepah melebar. Contohnya: kelapa, aren, dan salak.
e. Zingiberaceae
Tumbuhan ini mempunyai akar rimpang dan telah mengalami penambahan fungsi sebagai alat perkembangbiakan vegetatif. Anggota tumbuhan ini bermanfaat sebagai bahan rempah, obat dan makanan. Contohnya: jahe, kunyit, dan temulawak.
f. Cannaceae
Tumbuhan ini banyak yang berupa semak menahun, berakar rimpang, tebal dan berumbi, serta daun bertulang menyirip. Tumbuhan ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Contohnya: bunga tasbih.
g. Orchidaceae
Tumbuhan ini hidup secara saprofit dsn epifit, berakar rimpang serta daun berubah menjadi upih dan memeluk batang. Contohnya: anggrek dan vanili.
h. Pandanaceae
Tumbuhan ini berupa semak, perdu, atau pohon yang tumbuh tegak, batang bercabang, serta daun sempit memanjang dan kadang tepi daun berduri. Tumbuhan ini kadang memiliki akar tunjung pada batang atau cabang yang menjulur di atas tanah. Contohny: pandan wangi.
i. Musaceae
Tumbuhan ini berakar serabut dan berdaun sempurna. Batang berupa batang semu, yang berdiri di permukaan tanah adalah tumpukan pelepah daunnya. Batang aslinya berada di dalam tanah. Buahnya adalah buah buni atau kotak dan banyak dimanfaatkan sebagai buah segar. Contohnya: pisang
2. Tumbuhan Berkeping Dua (Dikotil)
Dikotil adalah tumbuhan yang mempunyai dua kotiledon. Pada saat biji tumbuhan dikotil berkecambah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Biji berkeping dua.
b. Dua daun lembaga terangkat keatas.
c. Akar tunggang.
d. Tulang daun menjari.
Tumbuhan dikotil mempunyai beberapa famili, adalah sebagai berikut:
a. Papilionaceae (suku kacang-kacangan)
Tanaman semak berbatang tegak atau merambat. Bunga berbentuk seperti kupu-kupu. Pada akar terdapat bintil yang merupakan simbiosis dengan bakteri. Contoh: kacang tanah, kacang hijau, dan kacang panjang.
b. Euphorbiaceae (suku getah-getahan)
Merupakan tumbuhan herba, berkayu, dan bergetah. Batangnya menjalar atau membelit. Contoh: ketela pohon dan karet.
c. Mimmosaceae
Tumbuhan berkayu, semak dan pohon. Daun majemuk, karangan bunga berbentuk bongkol, benang sari panjan. Biji di dalam buah polong. Contoh: Mimmosa pudika (si kejut), Leucaena glauca (petai cina).
d. Caesalpiniaceae (suku johar)
Batang dan akar berkayu. Bunga mencolok, daunnya bias dipakai sebagai obat. Contoh: kembang merak, asam, johar.
e. Labiatae
Meliputi tumbuhan perdu, bunga bilateral simetris, bunga memiliki mahkota dan kelopak, benang sari 2 atau 4 dan putuik 1. Contoh: kemangi, kumis kucing.
f. Convolvulaceae
Merupakan tumbuhan herba dan berkayu, batangnya menjalar, melilit dan bergetah. Bunga simetris radial. Contah: ketela rambat dan kangkung.
g. Myrtaceae
Daun berbintik-bintik dan menghasilkan kelenjar minyak. Contoh: jambu air dan jambu biji.
h. Moraceae
Habitus pohon, daun tunggal, duduk daun menyebar terlindung oleh daun penumpu yang memeluk ranting. Seluruh bagian tubuhnya bila terlika akan mengeluarkan getah. Contoh: nangka dan beringin.
i. Rutaceae (jeruk)
Daunnya mengeluarkan orama yang sangat khas. Contohnya: jeruk bali, dan jeruk nipis.
j. Rubiaceae
Dunnya tunggal dengan duduk daun berhadapan pada setiap ruas. Contoh: kopi.
k. Malvaceae (suku kapas-kapasan)
Tumbuhan berdaun tunggal, kulit batang dan buah dapat menghasilkan benang. Contoh: kapas dan rosela
l. Bombaceae
Tumbuhan berdaun tunggal, duduk daun tersebar, dan bunga berwarna menarik. Contoh: durian.
m. Apocynaceae (suku kamboja)
Tumbuhan berkayu, bunga mencolok dan bergetah. Contohnya: kamboja, dan alamanda.
n. Verbenaceae
Contahnya tanaman jati.
o. Annonaceae
Contahnya srikaya dan sirsak
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Keanekaragaman spesies makhluk sangat bervariasi untuk mempelajari begitu banyak dan begitu beragamnya makhluk hidup bukanlah hal yang mudah .Klasifikasi membantu setiap orang dalam mengenal dan mempelajari organisme melalui dasar / kriteria dan hubungan kekerabatan antar organisme
3.2 Setiap orang dapat melakukan klasifikasi pada makhluk hidup tetapi untuk melakukan klasifikasi yang benar harus memenuhi dasar – dasar klasifikasi yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyani. Sri. 2006. Botani Umum 3. Penerbit Kanisius. Jogjakarta
Tim Penyusun.2003. Biologi Kelas 1a SMU Semester 1. Klaten: Intan Pariwara.
Tim Penyusun.2007.Detik – Detik Ujian Nasional Biologi. Klaten: Intan Pariwara.
www.google.co.id
Admin
02:42
New Google SEO
Bandung, Indonesia